Sabtu, 21 Januari 2012

Cara Mengatasi Rasa Malas



Syeikh Al Munawar Abdul Kabir bin Abdullah Bahmid bertanya : “Apakah obat bagi orang yang merasa berat untuk melakukan kebaikan dan cenderung memperturutkan hawa nafsu, meskipun ia mencintai kebaikan dan para pelakunya serta membenci kejahatan dan para pelakunya ?”
Habib Abdullah Al Hadad ra menjawab : Ketahuilah bahwa malas beribadah dan cenderung memperturutkan hawa nafsu ini dapat disebabkan oleh empat hal :
1.Kebodohan, cara mengatasinya adalah dengan menuntut ilmu yang bermanfa’at.
2.Lemah iman, Cara mengobatinya dengan bertafakkur mengenai kekuasaan Allah di langit dan di Bumi serta tekun beramal Saleh.
3.Panjang angan-angan, cara mengobatinya dengan mengingat mati dan menyadari bahwa kematian dapat datang setiap saat.
4.Makan sesuatu yang syubhat, cara mengatasinya adalah dengan bersikap wara’ dan sedikit makan.
Siapa yang berhasil menghilangkan penyakit-penyakit itu dengan menerapkan pengobatan tadi, maka :
Ia tidak akan mudah merasa bosan dalam beribadah dan beramal saleh setiap waktu.
Ia tidak akan memperturutkan hawa nafsu dan tidak terlalu mengejar kenikmatan duniawi.
Janganlah mengharapkan kenikmatan ibadah pada tahap awal perjuangan, sebab hal itu tidak mungkin dapat dicapai sebelum seseorang benar-benar bermujahadah. Begitulah sunatullah :
Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapatkan perubahan pada sunatullah (Al-Ahzab, 33:62).
Tahap awal perjuangan adalah menjauhi hal-hal yang diharamkan syariat, mengendalikan hawa nafsu dan memaksanya untuk taat kepada Allah. Semua itu akan terasa berat dan sulit. Apabila Allah Ta’ala telah mengakui kesungguhan hati dan ketulusan niat untuk menyucikan jiwa dan kelurusan budinya, maka saat itulah Allah akan melindungi orang itu dan meliputinya dengan luthf-Nya yang tersembunyi, sehingga dalam beribadah dan beramal, ia dapat merasakan kenikmatan dan kelezatan yang tiada tara, kenikmatan yang tidak akan membuatnya lalai lagi dari Allah. Sebaliknya, ia akan merasakan kepedihan yang dalam ketika bermaksiat, karena orang yang telah memiliki nafsu muthmainnah merasa heran ketika melihat sebagian manusia durhaka kepada Allah Ta’ala, padahal dalam ketaatan terdapat perasaan nyaman, kelapangan dada dan kenikmatan.
Orang-orang durhaka melakukan maksiat dan memperturutkan syahwat, padahal dalam kemaksiatan itu tersembunyi perasaan sedih, duka dan ketidak tentraman. Orang yang sudah mencapai tingkat nafsu muthmainnah menyangka bahwa orang lain tentu juga telah mencapai dan merasakan apa yang ia rasakan.
Kemudian setelah ia mawas diri dengan mengingat kembali segala yang pernah ia rasakan sebelumnya, yaitu ketika ia mengecap berbagai kenikmatan dalam memperturutkan hawa nafsunya, yaitu ketika ia merasakan pahit getirnya ketaatan, maka barulah ia sadar, bahwa ia tidak sampai ketingkatnya sekarang ini melainkan setelah melalui perjuangan panjang dan inayah yang banyak dari Allah Swt. Sehingga ia tidak akan tergoda dan tertipu oleh nafsunya.
Allah berfirman : “Itulah karunia Allah yang diberikan kepada siapa saja yang Ia kehendaki”. (Al Jum’uah 62 :4)
Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridloan kami benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami”. (Qs. Al Ankabut 29:26)
(An-Nafaisul Uluwiyah 23-24)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar